Akad, Kekal di Pusaraku.
Jalanmu & pilihanku
Aku menamainya kita.
Kita yang masih belajar untuk sejiwa.
Kita yang masih seringkali mengadu gengsi & ego yang ingin meraja.
Kemudian kalah oleh tangis, maaf cinta.
Kita yang masih belajar untuk sejiwa.
Kita yang masih seringkali mengadu gengsi & ego yang ingin meraja.
Kemudian kalah oleh tangis, maaf cinta.
Kadang kau lupa.
Kadang aku juga mungkin lupa.
Bahwa logika seringkali kalah.
Kalah oleh rasa yang telah menjadikannya tak berdaya.
Kadang aku juga mungkin lupa.
Bahwa logika seringkali kalah.
Kalah oleh rasa yang telah menjadikannya tak berdaya.
Mungkin jika aku mati lebih dulu.
Dalam beberapa hari saja hidupmu akan menjadi usang & bisu.
Lalu ceritaku akan berdebu di kepalamu.
Kemudian secara perlahan mati di hatimu.
Dalam beberapa hari saja hidupmu akan menjadi usang & bisu.
Lalu ceritaku akan berdebu di kepalamu.
Kemudian secara perlahan mati di hatimu.
Tapi setelah itu ?
Aku tinggallah debu masa lalu.
Hilang setelah kau temui kekasih yang baru.
Demikian kiranya jika aku yang lebih dulu.
Aku tinggallah debu masa lalu.
Hilang setelah kau temui kekasih yang baru.
Demikian kiranya jika aku yang lebih dulu.
Aku telah hidup bersamamu.
Jika mati, tak ada niatan licik mencari penggantimu.
Itulah aku, yang mengaku sebagai kekasihmu.
Hingga Tuhan rhido atas kau padaku.
Itulah aku, yang mengaku sebagai kekasihmu.
Hingga Tuhan rhido atas kau padaku.
Ketahuilah, kematian abadi sebelum waktuku ialah ketika tak ada lagi aku di kepala & hatimu.
Setidaknya setelah itu kau akan mengenangku dengan sebuah nama yang akan kau namai Rindu.
Tapi jika kau yang mendahuluiku.
Biarlah ku nikahi saja nisanmu.
Dengan mahar rindu, seperangkat cinta & kasihku.
Kekallah akad, abadi bersama di pusaramu,
Mksr, 21 Feb 19.
Komentar
Posting Komentar